Oleh: Rinto Nurkamiden Napu, S.Pd, MH
BOHUSAMI.ID, GORONTALO – Hari Sumpah Pemuda adalah hari peringatan untuk mengenang ikrar persatuan para pemuda Indonesia yang diucapkan pada Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 28 Oktober di tahun 1928. Sebagai mana bunyi ikrar sumpah pemuda, Berbangsa Satu, Bertanah Air satu dan Berbahasa satu, yang ikrar pemuda ini tujuan nya pemuda semangat persatuan dan semangat nasionalisme.
“Sehingga Ikrar ini menjadi bukti nyata bahwa keberagaman suku, agama, dan budaya bukanlah halangan untuk bersatu demi cita-cita besar pada masa itu yaitu kemerdekaan Indonesia,” tandas Rinto.
Nah..di zaman sekarang Berjuang untuk apa? Yang pertama Berjuang untuk nusa dan bangsa, yakni memberikan kontribusi baik bagi bangsa dan negara dengan memberikan ide, gagasan yang membangun,,dan peran aktif dalam mendorong dan membangun, memajukan Bangsa ini. Tidak harus yang besar, kontribusi kecilpun itu akan berarti apabila semua pemuda Indonesia punya kesadaran akan cinta tanah air. Yang kedua berjuang Untuk kemajuan pemuda
Jangan hari ini semangat jiwa muda malah terjerumus dalam kegiatan Negatif, seperti kondisi sekarang ini Pergaulan Bebas, Narkoba, dan lain-lain yang dapat menjerumuskan kearah yang negatif, perlu di ketahui bahwa pemuda adalah Fondasi Negara. Kalau Pondasi tidak kuat makan Negara akan runtuh dan Hancur, ketika pemuda kehilangan semangat maka bangsa kehilangan harapan,” ungkap Rinto yang juga jadi Aktivis muda.
Maka di akhir penyampaian saya, berharap kepada teman-teman pemuda di momen sumpah pemuda yang ke 97 dengan Tema: Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” Artinya Tema ini mencerminkan semangat kolaborasi lintas elemen bangsa dalam mewujudkan kejayaan Indonesia di masa depan. Sehingga butuh Kolaborasi dan sinergi Pemuda atau organisasi Kepemudaan dengan Pemerintah agar sejalan dengan arah pembangunan kepemudaan.
Sebagaimana juga ucapan Bung Karno.
Pemuda menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli, akan tetapi bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita” (***)







