Klaim Kontroversial Patung Schwarz, Bagai ‘Menepuk Air di Dulang’

Bagikan:

BOHUSAMI.ID, MANADO – Sabtu bersejarah. Tepatnya 13 Januari 2024, langit Langowan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, diramaikan oleh orasi politik penuh gebrakan dari Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandou.
Dalam pemyampainnya, Kandou dengan yakin menyebutkan bahwa Patung Schwarz (Johann Gottlieb Schwarz) yang megah itu adalah inisiatif dan dana dari sang Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey.
“Yang bikin adalah Bapak Olly Dondokambey, “bukan orang lain saudara-saudara, jadi orang Langowan jangan mau dibodohi”, tutur Steven Kandow “berapi-api”

Namun, pernyataan Steven Kandou, di klaim berbalik dengan fakta yang dikatakannya. Pemerhati budaya, Efraim Lengkong, menilai pernyataan Kandou bagaikan “menepuk air di dulang terpercik muka sendiri. Hal ini berpotensi menjadi ancaman serius bagi kepercayaan masyarakat terhadap partai berlambang banteng moncong putih.

Lengkong dengan tegas mengatakan “Sejatinya Patung Schwarz adalah hasil pemugaran oleh Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, yang diresmikan pada 20 Desember 2021.”

Dalam sebuah narasi yang menarik, Lengkong membeberkan bahwa patung setinggi enam meter itu, karya seniman patung Yogyakarta, Gunadi, adalah simbol penghormatan kepada penginjil Johann Gottlieb Schwarz.
Gubernur Olly Dondokambey pun disebutnya secara khusus menyampaikan rasa terima kasih atas inisiatif Prabowo dan kontribusi pribadinya untuk membangun patung tersebut, hal ini secara “de facto” sudah menggugurkan klaim kontroversial yang dilontarkan oleh Kandou.

Namun, di balik keriuhan politik ini, lelaki tua berpenampilan muda ini, tidak bisa menyembunyikan keprihatinannya terhadap kurangnya etika dan integritas dalam arena politik.

“Dalam dunia kepemimpinan, setiap kata dan tindakan pemimpin memiliki potensi dampak yang besar. Seperti kata pepatah, ‘Ayah kencing berdiri, anak kencing berlari’,” katanya, mengingatkan kita akan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab dalam berbicara.

Kisah kontroversi ini membuka ruang diskusi luas tentang bagaimana dunia politik tidak hanya memainkan peran dalam membentuk pandangan masyarakat, tetapi juga bagaimana kebenaran dan integritas harus menjadi pijakan utama untuk memelihara kepercayaan publik.(dki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *